PENATUA
SEBAGAI JABATAN GEREJAWI
(APA DAN SIAPA PENATUA DI DALAM KEHIDUPAN)
Apa
dan Siapa Penatua?
Penatua
adalah satu jabatan gerejawi, yang dimunculkan demi memperlancar pelayanan
penggembalaan, pengajaran dan penerapan disiplin dalam kehidupan jemaat. Dalam
Perjanjian Baru, istilah Penatua diadopsi dari satu jabatan yang ada di Sinagoge
Yahudi. Di lingkungan Yahudi, setiap Sinagoge memiliki badan penatua yang
terdiri dari pemimpin, ahli-ahli taurat dan imam-imam besar (Kis 4: 5-8:23).
Istilah dan jabatan penatua (Yunani: Presbyteros),
sebagai jabatan gerejawi pada jemaat lokal (mula-mula) dalam Alkitab pertama
sekali ditemukan di Jemaat Yerusalem, yakni pada waktu pengumpulan bantuan bagi
orang Kristen Yahudi yang mengalami kelaparan (Kis 11 :30).
Penatua
adalah jabatan yang diemban atas penunjukkan Rasul, Jemaat, yang dilihat
sebagai perpanjangan tangan Tuhan Yesus. Itulah sebabnya kuasa Penatua adalah
kuasa Rohani atau Kuasa Firman dan bertanggung jawab pada Allah secara
langsung. Penatua adalah jabatan yang
diemban secara sukarela, tanpa paksaan dan bukan jabatan untuk memperoleh
keuntungan karena jabatan ini tidak memilik sistem penggajian, dan bukan juga
diterima oleh karena ikut-ikutan, tetapi harus betul-betul menerima dan
melaksanakan tugas kepenatuaan itu secara tulus dan sukarela (bnd. 1 Petrus 5:
2). Penatua adalah rekan sekerja pendeta dan pelayan tahbisan lainya dalam
gereja yang bertugas untuk memperlengkapi seluruh warga gereja untuk membangun
gereja dan mendewasakan iman warga gereja (band Ef 4:11-16). Oleh karena itu
penatua adalah pelayan yang melayani bukan untuk dilayani, sebagaimana Kristus
datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani (bnd Markus 10:45).
Siapakah
Penatua? Seorang yang terpanggil dan diproses untuk menjadi seorang pelayan
yang pada hakikatnya mengemban suatu tugas panggilan spiritual (kerohanian). Dalam
mengemban tugas panggilan itu telah dipercayakan untuk secara formal
melaksanakan tugas panggilan sebagai hamba Tuhan yang melayani jemaat.
Pelayanan seorang Penatua tidak bersifat individual, tetapi dilaksanakan
bersama-sama dengan para penatua yang lain dan juga bersama dengan Pendeta.
Oleh karena itu syarat utama untuk melaksanakan tugas kepenatuaan adalah
mengutamakan kualitas rohani yang baik yang dapat diteladani, serta mampu
bekerja sama dengan para Penatua dan Pendeta. Dalam mengemban tugas
kepenatuaan, setiap pribadi akan menerima kuasa yang bukan kuasa jabatan, kuasa
militer, kuasa IPTEK, kuasa Ekonomi (kekayaan), atau kuasa adat, melainkan “Kuasa
Spiritual” yaitu Kuasa Roh dan Firman.
Seorang
Penatua tidaklah cukup hanya mengajar, tetapi juga harus dapat menjadi penasehat
yang bijaksana dan teladan dalam kehidupan sehari-hari oleh karena makna (arti)
seorang yang dipanggil untuk menjadi Penatua bukan hanya saat dia bertugas di
gereja; tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, dia harus senantiasa mencerminkan
sebagai seorang hamba/pelayan Tuhan di dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, dan
lingkungan sekitar. Nasehat Firman Tuhan yang perlu diperhatikan Penatua adalah:
“Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di
dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang. Awasilah dirimu sendiri
dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat
demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau”
(I Tim. 4:15-16). Norma untuk pemberitaan Firman dan pelayanan yang
dilaksanakan oleh Penatua bersama pelayan yang lain adalah Norma Pertanggungjawaban kepada Tuhan.[1]
Munculnya Jabatan Penatua Pada Gereja di Tanah Batak
Dalam
jemaat pertama yang didirikan oleh Nomensen, dihunjuklah 4 orang dari warga
jemaat untuk membantu dalam bidang penggembalaan, perawatan orang sakit dan
dalam pelayanan Firman. Mereka dihunjuk bukan karena sudah dididik, melainkan
mereka menjalankan tugasnya atas penilaian Nomensen mengikuti pola pemilihan penatua
di Perjanjian Baru, dimana para rasul yang memilih dan menetapkan penatua. Pada
pelaksanaannya, mereka yang dipilih menjadi penatua, menjalankan tugasnya
dengan sukarela tanpa imbalan gaji. Ketika penginjilan makin menyebar di daerah
Silindung, diangkatlah dua orang penatua untuk setiap kampung. Mereka berperan
penting untuk pengembangan pekabaran injil dikampungnya. Selain itu mereka juga
ditugaskan untuk mengunjungi kampung-kampung disekitarnya (yang belum Kristen),
melakukan kunjungan keluarga pada anggota jemaat di wik/daerahnya, sambil
berusaha mencari domba yang hilang yang belum percaya di kampung lain. Lothar
Scheider merumuskan peranan para penatua: Di
kampung yang kebanyakan penduduknya masih parbegu, para penatua itu mewakili
gereja. Di kampung-kampung yang didalamnya telah didirikan jemaat-jemaat
cabang, kehidupan jemaat berkisar atau bertumpu pada penatua yang menjadi
“gembala” dari jemaat-jemaat itu. Dalam
dasawarsa pertama tak terbayangkan betapa beratnya menjadi penatua jemaat
karena hal itu berarti menjadi pembantu zending dalam mewujudkan kehadiran
Injil. (Screiner Lothar, Injil dan Adat, hlm. 49-50).
Dalam
perkembangannya hingga masa gereja modern saat ini jabatan penatua menjadi
salah satu pelengkap penting dalam tugas pelayanan di gereja meski beberapa
gereja memiliki peraturan yang berbeda dalam cara pengangkatannya. Dalam pemanggilan
dan pemilihan penatua, GKPI memberlakukan sistem pemilihan penatua yang diusulkan
oleh warga jemaat yang ada dalam Wijk/sektor/lingkungan yang bersangkutan
kepada Pengurus Harian Jemaat untuk seterusnya diajukan kepada pendeta agar
diteliti sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Setelah dinyatakan sesuai
dengan persyaratan, maka akan diadakan pembinaan bagi calon penatua minimal 1
tahun dan maksimal 2 tahun dengan meliputi materi yang sudah ditentukan.
Setelah menjalani masa proses pembinaan, maka baru dapat dilaksanakan
penahbisan menjadi Penatua yang mana jabatan kepenatuaan itu akan berlaku
seumur hidup.[2]
Siapakah
Penatua Dalam Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)?[3]
1. Mereka adalah Pelayan
dalam Gereja untuk memperhatikan keadaan anggota jemaat yang dipercayakan pada
pelayanan mereka. Supaya mereka menegur saudara-saudara yang kelakuannya
menyimpang dari ajaran Tuhan kita, atau memberitahukannya kepada BPH Jemaat dan
Pendeta, supaya mereka turut berusaha memperbaikinya.
2. Membimbing warga jemaat,
supaya rajin mengikuti setiap kebaktian. Dan kalau diantara mereka ada yang
malas, supaya ditanya apa sebabnya.
3. Membimbing anak-anak
supaya rajin datang ke Sekolah Minggu.
4. Mengunjungi orang-orang
sakit, dan menolong mereka sesuai dengan kemampuan, tetapi yang terpenting
ialah mengingatkan Firman Tuhan kepada mereka dan mendoakan mereka.
5. Menghibur yang
berdukacita karena kemalangan atau kesengsaraan, supaya mereka memperolah
pengharapan yang hidup dalam Tuhan
6. Membimbing orang-orang
yang sesat dan penyembah berhala, supaya mereka mengaku kesalahannya dan
bertobat; agar mereka turut memperoleh hidup yang kekal di sisi Tuhan.
7. Membantu mempersiapkan
segala keperluan pelayanan dalam peribadatan, persembahan dan berbagai usaha
untuk kemuliaan Nama Tuhan.
Demikianlah
penatua itu memiliki identitas dan tugas-tugas yang jelas sebagai Hamba
(Pelayan) Tuhan, yang bekerja demi dan hanya untuk kemuliaan Nama Tuhan. Selamat
Melayani Tuhan, dan tunaikanlah tugas pelayananmu!(materi sajian dalam pembinaan Calon Penatua di GKPI Pandan Makmur, Ressort Jambi, Wilayah SUMBAGSEL, Juni 2012)
Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th.
syalom Bang..
BalasHapussaya mau bertanya, apa kendal penatua yang umum sebagai tantangan/hambatan dalam merealisasi tugas pelayanannya yang berdasarkan Agenda GKPI. Tolong direspon bang, mau memenuhi tugas kulia..
mauliate parjolo abang..