EKSISTENSI PENATUA SEBAGAI GEMBALA
I.
Penggembalaan adalah tugas utama Pelayan Jemaat (Penatua)
Apabila
warga jemaat ditanya: apakah tugas seorang Penatua? Pada umumnya warga jemaat
akan memberi jawaban dari segi seremonial atau ritual peribadahan bahwa tugas
seorang Penatua adalah: berkhotbah, memimpin kebaktian-kebaktian yang
dilaksanakan jemaat di gereja dan di kebaktian sektor, atau tugas lain yang
berkaitan dengan ibadah (memimpin nyanyian, mengumpulkan persembahan,
membacakan warta jemaat, pendoa syafaat). Menerima jawaban itu, maka seringkali
motivasi jemaat untuk mengangkat Penatua didorong oleh tujuan untuk mencukupi
kebutuhan tenaga dalam melayani peribadahan. Tidak jauh berbeda dengan jawaban
dari warga jemaat, para pelayan jemaat pun banyak beranggapan bahwa tugas
panggilannya yang utama adalah pelayanan yang berkaitan dengan peribadahan,
sehingga tidak sedikit pelayan jemaat yang merasa bahwa dirinya sudah memenuhi
tugas panggilannya sebagai pelayan jikalau sudah melaksanakan pelayanan sesuai
dengan jadwal petugas (roster) yang telah ada.
Dalam
Agenda GKPI pada bagian penahbisan pelayan jemaat, tidak ada satupun dari
beberapa penjabaran tugas yang membicarakan pelayanan dalam acara kebaktian
atau peribadahan, walaupun hal tersebut termasuk tugas pelayan jemaat. Hal itu
hendak menyampaikan bahwa dari keseluruhan uraian tugas pelayan tahbisan ada
makna yang terkandung di dalamnya yang menjadi tugas utama dari seorang pelayan, yaitu: penggembalaan.
Tugas
penggembalaan (menggembalakan) yang dilaksanakan oleh para pelayan jemaat
adalah merupakan amanat Tuhan Yesus (sang kepala gereja) kepada para hambaNya
dengan mengatakan: “Gembalakanlah
Domba-Dombaku” (Yoh. 21: 15-19). Dalam Kisah Para Rasul 20: 28, Rasul
Paulus me-nasehat-kan para Penatua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah
yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah
yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri”. Melalui ayat itu, maka
dapat diketahui dan dipahami bahwa betapa sangat berharganya seluruh warga
jemaat bagi Tuhan, yang telah ditebus dengan darahNya sendiri.
II.
Cakupan Tugas Penggembalaan
Pelayan
Jemaat sebagai gembala adalah penggembala bagi kawanan domba yang telah diberikan
oleh Tuhan. Pelayan Jemaat sebagai gembala, dalam pelaksanaan penggembalaan,
ada beberapa cakupan tugas penggembalaan yang harus diperhatikan dan dipahami,
sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab, yaitu:
a.
“Aku
mengenal domba-dombaKu” (Yoh. 10: 14)
Gembala
harus mengenal kawanan domba yang digembalakan. Dalam hal itu, maka seorang
pelayan harus mengenal warga jemaat yang dilayani. Pengenalan terhadap
warga jemaat meliputi: latar belakang hidupnya, pribadinya, keluarganya,
keadaan sosial ekonominya, pergumulannya, harapan dan cita-citanya, hingga
keadaan hidup rohaninya.
b.
“Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang” (Mzm. 23: 2)
Tugas
penggembalaan adalah menyediakan makanan rohani bagi warga jemaat. Oleh karena
itu, pelayan jemaat harus dapat menyediakan dan membagikan (mengajarkan atau
memberitakan) Firman Tuhan di wilayah pelayanan masing-masing, seumpama
murid-murid Tuhan Yesus yang membagi roti dan ikan sehingga semua orang banyak
dikenyangkan.
c.
“Ia
menyegarkan jiwaku” (Mzm. 23: 3)
Gembala
adalah penyegar bagi kawanan domba. Oleh karena itu, seorang pelayan jemaat
harus menghibur atau memberikan penghiburan kepada warga jemaat yang kehilangan
semangat, putus asa, yang tertekan, yang lesu, dan yang berduka.
d.
“Ia
menuntun aku di jalan yang benar” (Mzm. 23: 3)
Gembala
adalah pemimpin, pembimbing, dan penuntun kawanan domba yang digembalakan. Oleh
karena itu, seorang pelayan jemaat bertugas memimpin, membimbing, menuntun atau
mengarahkan warga jemaat agar senantiasa hidup dan berjalan di jalan yang
benar, jalan menuju keselamatan hidup yang kekal, yaitu Yesus, Anak Allah yang
tunggal (Band. Yoh. 14: 6).
e.
“Aku
tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang
menghibur aku” (Mzm. 23: 4)
Tugas
penggembalaan adalah memberikan perlindungan dan rasa aman kepada kawanan domba
yang digembalakan. Seorang gembala yang baik adalah selalu melindungi
domba-dombanya dari serangan binatang buas dan dari bahaya-bahaya lainnya, misalnya:
ajaran yang menyesatkan dan ajaran agama dan kepercayaan yang lain, yang dapat
membahayakan hidup rohani.
f.
“Yang
hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang” (Yeh. 34: 16)
Tugas
penggembalaan adalah mencari yang hilang atau tersesat dan membawa kembali
pulang. Seorang gembala yang bertanggungjawab tidak akan membiarkan dombanya
tersesat atau bahkan hilang. Gembala yang baik adalah gembala yang senantiasa
memperhatikan kawanan dombanya. Oleh karena itu, setiap pelayan harus
senantiasa memperhatikan warga jemaat yang dilayani.
g.
“Yang
luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan” (Yeh. 34: 16)
Tugas
daripada pelayan jemaat sebagai gembala adalah termasuk juga merawat
domba-domba yang sakit dan terluka. Dalam Yakobus 5: 14 diberitakan: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit,
baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta
mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.” Oleh karena itu, setiap pelayan
jemaat harus tanggap terhadap situasi warga jemaat yang dilayani dan senantiasa
siap sedia memberikan pelayanan, termasuk mendoakannya.
III.
Sikap yang diperlukan Seorang Gembala
a.
Mengasihi
Tuhan Yesus dan domba-dombaNya
Kasih
adalah motivasi utama dalam pelayanan sebagai hamba Tuhan, termasuk dalam
penggembalaan, yang menjadikan para pelayan tahan uji dan setia di dalam
pelayanan untuk melayani. Yesus pernah bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?” (Yoh. 21: 15-19). Pertanyaan itu diulang oleh Yesus sampai
tiga adalah untuk mengetahui apakah Simon Petrus benar-benar mengasihi Yesus. Maka
setelah Simon Petrus menjawab bahwa dia mengasihi Yesus, lalu Yesus memberikan
amanat kepada Petrus: “Gembalakanlah
domba-dombaKu”. Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan menuruti
perintahNya (band. Yoh. 14: 15). Allah senantiasa mengasihi umatNya, Yesus
senantiasa mengasihi kawanan dombaNya, maka setiap pelayan harus senantiasa
mengasihi seluruh warga jemaat.
b.
Memiliki
kelemahlembutan
Kelemahlembutan
adalah sikap yang berlawanan dengan kekasaran, perselisihan, dan sifat
tergesa-gesa. Kelemahlembutan terungkap dalam kerendahan hati, kesabaran, dan
kasih sayang kepada semua orang. Salah satu sifat Allah adalah panjang sabar,
tidak memaksa dan tidak langsung menghukum. Dalam Roma 2: 4 tertulis: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu,
bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Hal
ini hendak menyampaikan bahwa seorang pelayan jemaat haruslah senantiasa sabar
dan dengan kelemahlembutan dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab
mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin
mereka mengenal kebenaran (band. 2 Tim. 2: 24-25). Setiap warga jemaat memiliki
kharakter pribadi yang unik, maka metode pendekatan para pelayan juga haruslah
unik juga (tidak sama), oleh karena itu kelemahlembutan dan kesabaran sangatlah
diperlukan.
c.
Bertanggungjawab
dan penuh pengabdian
Dalam
1 Petrus 5: 2 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan
jemaat) dengan mengatakan: “Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari
keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Penggembalaan adalah pelayanan
yang terberat bagi hamba Tuhan (pelayan jemaat), tidak memberikan keuntungan
pribadi, tetapi harus dilaksanakan dengan tulus, sukarela, penuh tanggungjawab
dan semangat pengabdian diri. Menjadi pelayan adalah berarti bekerja di dalam
pekerjaan Tuhan dan mempertanggungjawabkan pelayanan kepada Tuhan, yang telah
memanggil dan memilih para pelayan. Dalam mengemban tugas pelayanan itu,
hendaklah setiap pelayan bekerja dengan penuh tanggungjawab dan tidak
diperkenankan mencari penghargaan, hormat dan pujian dari orang lain di dalam
melayani, karena melayani pekerjaan Tuhan adalah wujud pelayanan dalam Kerajaan
Sorgawi, bukan pelayanan dalam kerajaan duniawi.
d.
Menjadi
teladan bagi kawanan domba (warga jemaat)
Dalam
1 Petrus 5: 3 Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para penatua (pelayan
jemaat) dengan mengatakan: “Janganlah
kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan
kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Seorang
gembala harus dapat menjadi teladan atau panutan bagi yang digembalakannya
dalam segala hal (berbicara, berperilaku, dan bertindak) di dalam kehidupan. Oleh
karena itu, setiap pelayan jemaat harus dapat memberikan teladan bagi warga
jemaat yang dilayani, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, pekerjaan,
bermasyarakat, dan berjemaat. Dalam
kaitan dengan berjemaat, para pelayan jemaat harus mampu menjadi teladan
dalam mengadakan ibadah di dalam rumah tangga dan memberikan persembahan
bulanan. Pelayan sebagai gembala yang juga pemberita firman (pengkhotbah) tidak
boleh mengatakan kepada warga jemaat: ”khotbah
sayalah kalian dengar, jangan melihat kehidupan saya, kehidupan keluarga saya,
karena saya hanya saluran penyampai saja.” Perkataan dan hal seperti itu
tidak boleh diungkapkan oleh seorang pelayan, oleh karena khotbah yang
disampaikan harus keluar atau bersumber dari hidupnya sendiri. Sama seperti Rasul
Paulus menasihatkan Timotius “Jangan
seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim. 4:12). Demikianlah halnya
seluruh pelayan jemaat, haruslah senantiasa menjadi teladan bagi seluruh warga
jemaat. Bagaimana cara untuk dapat menjadi teladan bagi semua orang adalah
senantiasa menjadikan Tuhan Yesus sebagai teladan hidup, meneladani sikap dan
perbuatan Yesus (band. Filipi 2: 5 ; 1 Petrus 2: 21), serta meneladani pelayanan
Yesus (band. Yohanes 13: 15). Amin.
“Jadilah pelayan yang
melayani bukan untuk dilayani” ;
“Jadilah pelayan
yang menggembalakan bukan untuk
digembalakan ”.
Created By: Vik. Jefri Putra Tampubolon, S.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar